🎼 Saat Aku Membuat Video Lagu Tentang Kehilangan, dan AI Membantuku Menyuarakannya
Aku masih ingat betul... saat pertama kali iseng mencoba AI untuk membuat lagu. Bukan karena aku musisi, tapi karena aku sedang tenggelam dalam rasa kehilangan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata biasa. Di masa itulah teknologi — khususnya AI — mulai merambah kreativitas manusia.
Dan ini kisahku saat membuat lagu pertamaku bersama AI. Lagu tentang kehilangan, tentang sunyi, tentang keluarga... dan tentang ruang kosong yang masih terasa hingga kini.
📝 Syair Lagu yang Kutulis Sendiri
Di dalam Google Keep di iPad, aku mulai menulis syairnya. Setiap bait muncul dari dalam dada yang sesak — kata-kata ini lahir dari rasa yang tak bisa lagi kutahan:
(Verse 1) Langit malam tak lagi bicara bintang-bintang jatuh, sunyi bergetar diantara celah ruang yang sepi Aku sendiri, hilang tanpa arti (Chorus) Aku pernah memiliki kamu dan anak-anak Di kamar ini yang kini sunyi Tawa dan canda berderai, tersapu angin waktu gemanya masih tersisa Seperti air yang mengalir Dari sungai kelautan, kini hilang tanpa jejak (Verse 2) Semesta luas tapi tak kurasa hampa mendekap, tak ada sisa cahaya di ujung perjalanan yang panjang aku tenggelam hilang dalam bayang (Chorus) Aku pernah memiliki kamu dan anak-anak Di kamar ini yang kini sunyi Tawa dan canda berderai, tersapu angin waktu gemanya masih tersisa Seperti air yang mengalir Dari sungai kelautan, kini hilang tanpa jejak (Bridge) Tiada lagi suara, tiada lagi rasa semua kini sirna, tak lagi ada… hanya kehampaan yang tersisa Aku hilang seolah tak pernah ada (Outro) Selamat tinggal senja hari, aku sudah tak ingin melewatinya tanpa kalian semua aku hanyalah angin dingin di malam sepi…🥹
🎶 SUNO.AI: Aku mencurahkan perasaan ini menggunakan Teknologi
Kemudian aku membuka SUNO.AI. Setelah membuat akun dan login, aku memilih tombol Create. Di sana, lembar kosong menantiku. Aku tempelkan syair itu, lalu mulai memilih jenis musiknya: minimalistic, ethereal ambient, piano mellow, male vocal adult.
Dan dalam beberapa menit, lagu itu lahir. Lagu yang bukan sekadar hasil teknologi — tapi perpanjangan dari luka hatiku yang tak sempat kusampaikan secara langsung.
📽️ Visualisasi Video: CapCut & Pixverse
Setelah lagu selesai, aku lanjut membuat videonya di CapCut. Untuk animasi dan efek visual, aku menggunakan Pixverse AI. Waktu itu, semua ini masih baru. Bahkan AI untuk gambar gerak belum sebaik sekarang. Tapi justru di situlah magisnya.
Ini bukan tentang hasil sempurna, tapi tentang kejujuran rasa yang akhirnya bisa berbicara.
👇 Dengarkan Lagu Ini Lewat Video TikTok di Bawah
Satu klik, dan kamu akan mengerti rasa yang tidak bisa ditulis di caption manapun...
📌 Penutup: Aku Mungkin Hanya Angin Dingin di Malam Hari
AI memang tidak punya rasa, tapi jika digunakan oleh manusia yang sedang rapuh, tapi ingat, teknologi adalah perpanjangan tangan manusia itu sendiri, ia bisa menjadi perpanjangan rasa, perpanjangan kemampuan mengungkapkan rasa terpendam, bahkan perpanjangan dari kecerdasan manusia, hasilnya bisa menjadi suara hati yang lebih jujur dari lirik mana pun. Lagu ini adalah bukti: rasa bisa disuarakan oleh siapa saja, bahkan oleh seseorang yang bukan penyanyi, bukan komposer… hanya seorang yang pernah merasa kehilangan.
Kamu juga bisa. Tulis lukamu, ubah jadi lagu, dan biarkan AI membantu sisanya.
Comments
Post a Comment