LEGENDA YANG TAK TERUNGKAPKAN: URANG UTAN BETINA DAN LELAKI YANG HILANG

Legenda Urang Utan Betina dan Lelaki yang Hilang di Hutan Kalimantan

Legenda dari tanah Kalimantan yang terlupakan

Hutan Kalimantan bukan sekadar hamparan pepohonan tropis. Ia adalah dunia yang berbeda—lebat, gelap, dan begitu sunyi hingga deru napas sendiri terasa asing. Pepohonannya menjulang tak terhingga, batang-batang kayunya begitu besar hingga lima lelaki dewasa tak cukup untuk merangkulnya. Di sela-sela akar raksasa itu, mengalirlah sungai-sungai yang tenang, seolah menyimpan rahasia dunia yang tak ingin diketahui manusia.

Tapi sebelum saya lanjutkan, saya mau disclaimer dulu ya guys,

Dan saya merasa perlu mem verifikasi, kisah ini saya dapatkan dari nenek saya orang asli kalimantan dan lalu kisah ini selalu menjadi kefikiran bukan tentang benar atau tidaknya, atau bahkan bagaimana kelewatannya manusia  bisa kawin dengan hewan, tetapi, ini adalah tentang bagaimana sebuah kebijakan yang jujur dan berani dari orang orang tua zaman dulu yang telah mengeksplorasi kearifan berfikir nenek moyang kita terhadap segala kemungkinan realita kehidupan.

Dan Mari kita lanjutkan ceritanya..

Di suatu masa yang terlupakan waktu, seorang lelaki muda dari sebuah kampung kecil menyusuri salah satu sungai itu dengan perahu kayunya. Ia berniat mencari rotan dan hasil hutan, seperti biasa. Tapi hari itu, nasib membawanya jauh lebih dalam dari biasanya. Ia menaikkan perahunya ke daratan untuk mencari jejak binatang buruan. Tapi kabut turun cepat, suara burung pun menghilang. Lelaki itu... tersesat.

Ia berjalan berhari-hari. Hutan berubah menjadi labirin. Sampai pada satu malam, di antara kegelapan dan kelelahan, ia melihat sepasang mata besar yang menyala di balik rimbun pohon. Sebelum sempat melarikan diri, ia disergap oleh sosok besar dan kuat—seekor urang utan betina yang membawa tubuhnya begitu cepat, begitu lincah, naik ke atas pohon raksasa yang seakan mencapai langit.

Di atas sana, di antara dahan dan daun, kehidupan aneh dimulai. Ia tak bisa turun. Ia dijadikan pasangan oleh sang urang utan betina. Hari berganti minggu, minggu menjadi bulan, hingga lahirlah seorang anak—hasil dari ikatan yang tak diminta.

Namun lelaki itu tidak pernah berhenti berpikir: bagaimana cara turun, bagaimana cara kembali ke dunia manusia. Setiap hari ia mengumpulkan serat, kulit kayu, apa pun yang bisa dijadikan tali. Ia sambung, dan sambung, hingga suatu malam saat hujan deras, tali itu cukup panjang... Ia nekat turun, tubuhnya lecet, tapi akhirnya sampai ke tanah. Ia lari, sekuat tenaga, dan menemukan jalan menuju laut. Ia naik ke sebuah perahu nelayan, dan mulai mengayuh menjauh.

Tapi dari atas pohon, sang urang utan betina menyadari ia ditinggalkan. Dengan murka dan luka hati, ia membawa anak mereka, berlari menembus hutan menuju pantai. Tapi lelaki itu sudah jauh ke tengah laut. Di tepi pantai, sang betina meraung, memanggil, memohon, lalu...

...dalam tangis putus asa, ia mencabik dan meremukkan tubuh anaknya sendiri.


Kisah ini bukan dongeng belaka. Di Kalimantan, cerita ini dipercaya sebagai sebuah urban legend. Beberapa penduduk bahkan meyakini bahwa anak-anak separuh manusia-separuh urang utan benar-benar pernah ada—makhluk perantara antara manusia dan rimba. Tak sedikit yang percaya bahwa pohon tempat peristiwa ini terjadi masih berdiri, tersembunyi di hutan terdalam.

Hutan Kalimantan tidak hanya menyimpan oksigen bumi... ia juga menyimpan rahasia yang menunggu untuk ditemukan—atau mungkin... untuk tidak pernah disentuh.

Comments